Cukup!
Hentikan!
Aku
lelah akan semua ini
Aku
jenuh kan pertempuran tak berujung ini
Bilakah
perang ini usai?
Sampai
kapankah diri ini berkubu?
Ketika
logika dan perasaan mempunyai pendapatnya masing-masing
Tatkala otak
dan hati berjalan sendiri-sendiri
Mana
yang harus kupilih?
Mungkinkah
keduanya kan beriris pada satu kesepakatan?
Aku
mengerti apa yang sedang terjadi
Ketika
otak berkata
“Sudah! Adakah engkau tak menyayangi dirimu lagi?
Lepaskan, lupakan!
Dia hanya akan menyakitimu dalam pahitnya harapanmu
Tidaklah mungkin bagimu untuk mendapatkannya”
Namun,
Hati pun
merasa berhak mengutarakan pandangannya
Membalas
tanya dalam otakku
“Tidak!
Dia berbeda
Ada yang spesial padanya
Aku tau kamu menyayanginya
Aku paham bagaimana kamu ingin memilikinya”
Otak pun
kembali mengangkat suaranya
“Aku tau
Sakit memang rasanya
Tapi,
Tidakkah matamu terbuka
Akan setiap fakta yang terkuak jelas sangat nyata?
Kamu tidak kan mungkin bersamanya”
Hati
seolah tak mau kalah
Kembali menajamkan
apa yang disampaikannya
“Tapi,
Melupakannya hanya akan menyakitimu
Menambah daftar mimpi-mimpimu yang tak terwujud
Kejarlah!”
Aku
bingung
Aku muak
dengan percakapan ini
Semua
berbisik menggelisahkan diriku
Memberiku
dua perspektif yang saling bertolak
Mungkinkah
bagiku menyatukan keduanya?
Atau,
haruskah kumemilih salah satunya?
OLEH :
Garry Ariel
2 Agustus 2014